ILMU HISAB|MANTRA PENGASIHAN JARAK JAUH
1. Ilmu Falak (Astronomi) atau lebih
dikenal oleh kalangan ilmuan Islam dengan sebutan Ilmu Hisab.
2. Ilmu Nujum atau biasa disebut Astrologi.
ILMU HISAB
Hisab berasal dari bahasa arab yang berarti menghitung.
Ilmu hisab disebut juga Astronomi, dari bahasa Yunani (astro=bintang;
nomos=ilmu ) yakni ilmu perbintangan. Hisab juga biasa disebut dengan Falak
artinya tempat jalannya bintang (garis edar benda-benda langit).
Firman Alloh didalam Al-Qur’an
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ. (الأنبياء 33)
Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan
bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
garis edarnya. (Al-Anbiya’ 33)
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.(يس 40)
Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan
bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
garis edarnya. (Yaasin 40)
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ. (يس 38)
Artinya : Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Yaasin 38)
Ilmu hisab adalah salah satu ilmu yang mempelajari
perhitungan gerak benda-benda langit berdasarkan garis edarnya. Benda-benda
langit yang dimaksud adalah matahari, bulan, planet dan lain-lainnya. Ilmu
hisab yang akan kita bahas disini hanya sebatas ilmu hisab yang berhubungan
dengan Ibadah-ibadah syar'I, yakni sekitar perjalanan matahari dan bulan yang
notabene berhubungan dengan waktu sholat fardlu, penentuan arah qiblat, gerhana
bulan maupun matahari serta awal bulan qomariyah.
Firman Alloh didalam Al-Qur’an
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ. (البقرة 189)
Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.
Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan
(bagi ibadat) haji. (Al-Baqoroh 189)
أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا (الفرقان 45)
Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan)
Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau
dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami
jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, (Al-Furqon 45)
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْءَانَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْءَانَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (الإسراء 78)
Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya
shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isro’ 78)
ILMU NUJUM
Sedangkan Ilmu Nujum atau disebut juga Astrologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang hubungan kejadian-kejadian di bumi dengan posisi
dan pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, planet maupun
bintang. Ilmu nujum sudah berkembang sejak sekitar 4000 tahun yang lalu dimulai
dari Mesopotania sebuah negeri di Timur Tengah lalu berkembang ke Eropa,
Amerika serta Asia
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka
astrologi pun turut berkembang. Pada awalnya astrologi dan astronomi merupakan
satu kesatuan ilmu, namun pada abad 17 astrologi mulai dipisahkan dari
astronomi dikarenakan metode yang digunakan para astrolog tidak mengikuti
kaidah-kaidah ilmiah. Didalam ilmu astrologi gerak-gerik manusia terkondisikan
oleh gerak peredaran bintang-bintang di langit, menurut para ilmuan ini tidak
bisa dimengerti dan tidak bisa dibuktikan secara empirik. Bahkan di Barat
astrologi tidak hanya mendapat perlawanan dari para ilmuwan tapi juga gereja
karena dianggap melanggar doktrin agama Kristen.
Termasuk di dalam ilmu nujum ini adalah Primbon Jowo,
dimana didalamnya ramalan-ramalan nasib, hari baik, hari naas, nogo dino, dan
lainnya. Ramalan tersebut biasanya berdasarkan hitung-hitungan neptu hari lahir
atau terjadinya peristiwa atau berdasarkan jumlah nama dalam huruf abajadun dan
tidak berdasarkan kaedah-kaedah ilmiah seperti hisab gerhana matahari. Ada
banyak buku primbon jowo yang sekarang banyak beredar, diantaranya, Ramalan
Joyoboyo, Betajemur Adamakna, Kunci Betaljemur, Ajimantrawara, dan lain-lainya.
Ilmu hisab dalam arti ilmu nujum itulah yang haram
dipelajarinya, dalam arti mempelajari untuk dipercayai, kalau tidak untuk
dipercayai maka hukumnya makruh.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ فِيْمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya : Dari Abu Hurairah berkata, Rosululloh SAW
bersabda "Barang siapa mendatangi tukang ramal (jawa : juru bade) atau
dukun kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka yang demikian itu
mengingkari terhadap apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.
HUKUM MEMPELAJARI ILMU HISAB
Ilmu hisab erat kaitannya dengan ibadah-ibadah
syar'iyah seperti sholat, zakat, puasa, haji. Dengan ilmu hisab kita bisa
menentukan arah qiblat, mengetahui hak waris jika diantara pewaris dan ahli
waris meninggal dalam waktu yang hampir sama.
Bagaimana hukumnya mempelajari ilmu hisab?.
1. Wajib jika ilmu hisab tersebut berhubungan dengan
waktu-waktu sholat, arah qiblat, jatuh temponya zakat serta awal bulan. Fardlu
ain jika tidak ada yang menguasi ilmu hisab dan fardlu kifayah jika diantara
kita sudah ada yang bisa ilmu hisab.
2. Sunnah jika berhubungan dengan cuaca buruk, baik di
darat maupun di lautan.
3. Haram jika bersifat ramalan semata seperti meramal
nasib seseorang, meramal akan datangnya hujan atau angin puyuh dengan tanpa
sebab-sebab yang ilmiyah. Apabila memprediksi datangnya hujan berdasarkan
adanya tanda-tanda seperti mendung dan lainnya-lainnya maka tidak haram.
SEJARAH ILMU HISAB
Ilmu hisab atau falak, merupakan ilmu yang sudah tua,
yang dikenal oleh manusia, bangsa-bangsa mesir, mesopotamia, babilonia dan
tiongkok, sejab abad ke-20 sebelum masehi telah mengenal dan mempelajari ilmu
falak ini. yang dikenal dengan ilmu perbintangan. Menurut suatu riwayat,
pembagian sepeken (seminggu) atas tujuh hari, adanya sejak lebih dari 5000
tahun yang lalu
Pada bagian awal sejarahnya, astronomi hanya pengamatan
dan ramalan gerakan benda di langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang.
Kemudian sekitar abad ke-12 SM, di negeri Tiongkok, ilmu falak telah banyak
mengalami kemajuan-kemajuan. mereka telah mampu menghitung kapan akan
terjadinya gerhana, serta menghitung peredaan bintang-bintang.
Sekitar abad ke-4 SM, di negeri Yunani yang berada di
zaman keemasannya ilmu pengetahuan, ilmu falak telah mendapat kedudukan yang
sangat penting dan luas.
Pada abab ke-2 Masehi, seorang ahli bintang di
Iskandaria (mesir) keturunan Yunani, yang bernama Claudius Ptolomeaus (90-168
M.) telah berhasil menghimpun pengetahuan tentang bintang-bintang dalam suatu
naskah yang disebut Tabril Magesthi. Naskah ini kemudian tersebar keseluruh
dunia dan dijadikan dasar sebagai pedoman ilmu perbintangan selanjutnya.
Ptolomeaus berpendapat, bahwa bumi tidak bergerak dan bumi dikelilingi oleh
bulan, matahari dan planet-planet lainnya. Kemudian, sekitar tahun 325 Masehi,
naskah itu diperluas oleh Theodoseus Keizer di Roma dan pada abad ke-9, naskah
itu telah disalin orang ke dalam bahasa arab.
Umat Islam pertama kali terlibat secara aktif dibidang
ilmu falak pada zaman Khalifah Umaiyah. Tokoh ilmu falak yang terkenal ialah
Khalid bin Yazid Al-Amawi (meninggal 85H/704 M). Beliau dikenal dengan nama
Hakim Ali Marwan.
Di zaman Abbasiah, Khalifah Abu Jaffar Al-Mansor
(754-775) adalah khalifah yang pertama memberi perhatian kepada kajian ilmu
falak. Baginda mengeluarkan banyak belanja untuk penyelidikan dalam bidang ilmu
falak, mendirikan sekolah astronomi di kota Baghdad. Khalifah sendiri termasuk,
termasuk salah seorang ahli astronomi. Di bawah pemerintahan
pengganti-penggantinya, Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun sekolah itu menghasilkan
karya-karya penting, teori-teori kuno diperbaharui, beberapa kesalahan
Ptolomeus diperbaiki. Hasil observasi yang dilakukan oleh sekolah di Baghdad
telah dicatat dalam tabel yang diperiksa dengan teliti.
Pada saat itu, kitab kitab astronomi dari Yunani banyak
diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan ditindaklanjuti dengan
penelitian-penelitian yang akhirnya menghasilkan teori-teori baru. Dari sini
muncul tokoh hisab di kalangan umat Islam yang sangat berpengaruh, yaitu
Al-Khwarizmi dengan Kitab al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah. Buku
ini sangat mempengaruhi pemikiran cendekiawan–cendekiawan Eropa dan kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robert Chester pada tahun 535 H/ 1140
M dengan judul Liber algebras et almucabala, dan pada tahun 1247 H/ 1831 M
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Frederic Rosen.
Perkembangan kajian ilmu falak berkembang pada zaman
khalifah Al-Mansor. Usaha menterjemahkan buku Sdihanta dari bahasa Sanskrit ke
Bahasa Arab dilakukan oleh Mohammad Al-Fazari yang kemudian ia diberi judul
“Al-Sindhindin Al-Kabir”. Buku ini menjadi panduan utama kepada orang-orang
arab dalam mengkaji ilmu falak hingga ke zaman Al-Makmun.
Mohammad Al-Fazari merupakan orang Islam yang pertama
mencipta Astrolabe (jam matahari untuk mengukur tinggi dan jarak bintang). Buku
ini telah disalin ke bahasa Latin pada abad pertengahan oleh Johannes de Luna
Hispakusis. Buku terjemahan ini telah digunakan oleh universitas-universitas
Eropa untuk mengejar Ilmu Bintang.
Dari sinilah orang-orang Barat pertama kali mengetahui
benda-benda di cakrawala.
Tokoh-tokoh Ilmu Falak Islam di zaman Abbasiah lainnya
ialah Abu Sahl bin Naubakh, Ali bin Isa, Thabit bin Qurrah, Al-Battani. Di
zaman Al-Makmun juga telah didirikan sebuah observatorium yang digunakan untuk
mengukur daya cahaya matahari. Di zamannya juga ahli falak berjaya mengukur
lingkaran bumi di sebuah observatorium yang didirikan di Bukit Gaisun di
Damsyek. Di zamannya juga observatorium juga didirikan di Bukit Qaisun. Di
Damsyik. Di zamannya juga telah diterjemahkan Alomagest karangan mengenai
Ptolemeus ke bahasa Arab. Ahli falak Islam juga telah mengamati equinox,
gerhana, bintang berekor (komet) dan lain-lain
Di samping itu Al-Battani (wafat kira-kira 930 M /
317H) telah melakukan penyelidikan tentang perbintangan sejak tahun 877 hingga
918M dan bukunya yang telah disalin ke bahasa Latin disusun semula dalam bahasa
Arab oleh Nallino (tahun 1903M). Al-Battani telah membagi sehari menjadi 12 jam
yang digunakan sekarang oleh tukang-tukang jam di Eropa. Beliau juga telah
berjaya mengkalkulasi setahun sama dengan 356 hari, 5 jam 46 saat dan 24 detik.
Al-Battani menduduki tempat tertinggi di kalangan Ahli
Bintang dan dikatakan peranannya di kalangan umat Islam sama dengan peranan
Ptolemeus di kalangan orang-orang Yahudi. Di zaman-zaman seterusnya lahir
tokoh-tokoh Islam yang meneruskan kajian-kajian yang dilakukan oleh al-Battani
dan tokoh-tokoh lain dan telah menghasilkan berbagai penemeuan dalam bidang
Ilmu Falak.
Tokoh-tokoh lain yang ikut membangun dan mengembangkan
ilmu hisab, diantaranya:
1. Abu Ma'syar al-Falaky (272 H/ 885 M) menulis kitab
yang berjudul Haiatul Falak.
2. Abu Raihan al-Biruni (363-440 H/973-1048 M) yang
hidup di zaman Sultan Mahmud al-Ghaznawi dengan kitabnya Qanun al-Mas'udi,
al-Athar al-Baqiah yang diterjemah-kan kedalam bahasa Inggris oleh Dr. Sachan
3. Nasiruddin at-Tusi (598-673 H/1201-1274 M) yang
hidup di zaman Hulagu Khan seorang Raja Monggol dengan karya monumentalnya
at-Tadzkirah fi 'Ilmi al-Haiah,
4. Abdurrahman Ibnu Abu Al- Hussin Al Sufi (Ibnu Sufi),
5. Abu Yousouf Yaqub Ibnu Ishaq al-Kindi (Al Kindi),
6. Abu Abdullah Mohammad Ibnu As-Syarif Al-Idrisi
(Al-Idrisi),
7. Mohammad Taraghay ibnu Shah Rukh as-Samarqondi
(Ulugh Beg) (797-853 H/1394-1449 M) yang menyusun Zij Sulthani.
8. Umar al-Khayyam dan Abdul Rahman al-Hazimi yang
hidup di zaman Kerajaan Turki Saljuk.
Karya-karya monumental tersebut sebagian besar masih
berupa manuskrip dan kini tersimpan di Ma'had al-Makhtutat al-'Arabiy
Kairo-Mesir.
Dari tokoh-tokoh ilmu hisab Islam tersebut, yang
termasyhur adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi (770-840 M) atau
yang dikenal dengan sebutan Al Khawarizmi. Ilmuwan yang berjasa besar dalam
memajukan ilmu pengetahuan ini lahir di Khawarizm (Kheva), kota di selatan
sungai Oxus (kini Uzbekistan) pada tahun 770 M. Kedua orang tuanya kemudian
pindah ke sebuah tempat di selatan kota Baghdad (Irak), ketika ia masih kecil.
Al-Khawarizmi hidup di masa kekhalifahan bani Abbasiyah, yakni Al Makmun, yang
memerintah pada 813-833 M. Dialah yang memplopori pembuatan Rubu' al-Mujayyab
yang dikembangkan oleh Ibnu Shatir dari Syiria (abad ke 11).
Astronom muslim lainnya yang sangat berjasa dalam
penemuan rumus Trigonometri adalah Abul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Yahya
bin Ismail bin Abbas al-Buzjani. Ia terlahir di Buzjan, Khurasan (Iran).
Trigonometri berasal dari kata trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur. Ini
adalah adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga
dan fungsi trigonomeri seperti sinus, cosinus, dan tangen.
Di antara sederet ulama dan ilmuwan Muslim, hanya 24
tokoh saja yang diabadikan di kawah bulan dan telah mendapat pengakuan dari
Organisasi Astronomi Internasional (IAU). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui
IAU sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M, antara tahun
1935, 1961, 1970 dan 1976. salah satunya Abul Wafa.
Kebanyakan, ilmuwan Muslim diabadikan di kawah bulan
dengan nama panggilan Barat. Abul Wafa adalah salah satu ilmuwan yang
diabadikan di kawah bulan dengan nama aslinya.
TOKOH TOKOH HISAB INDONESIA
Dalam perkembangannya ilmu hisab banyak dikuasai oleh
para ulama, termasuk ulama–ulama nusantara. Banyak tokoh-tokoh hisab di bumi
nusantara ini yang berjasa besar terhadap perkembangan hisab di Indonesia.
Diantara tokoh-tokoh tersebut yaitu :
1. Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Ulama kelahiran
Agam Sumatera Barat ini berjasa besar mengembangkan hisab di Indonesia di abad
19-20 M. Karya beliau yang masyhur adalah al-Hussab dan Alam al-Hussab serta
Raudhatul Hussab fi A'mali Ilmil Hisab. Beliau wafat di Makkah pada tahun 1334
H./1916 M.
2. KH. Achmad Badawi, Kuaman Yogyakarta, pengarang
kitab Djadwal Waktu Sholat se-lama2nja dan kitab Tjara Menghitoeng Hisab Haqiqi
Tahoen 1361 H, Hisab Haqiqi, dan Gerhana Bulan.
3. KH. Manshur bin Abdul Hamid, Ulama hisab kelahiran
Jakarta ini bernama lengkap Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Damiri bin
Abdul Muhid bin Tumenggung Tjakra Jaya ( Mataram, Jawa). Karya beliau yang
mashur adalah Sulamun Nayyiraini dan Mizanul ’Itidal. Kedua kitab sampai
sekarang banyak dipelajari di dalam pesantren pesantren salaf. Data data
didalam kitab tersebut masih menggunakan system Abajadun.
4. Kyai Abu Hamdan Abdul Jalil al-Kudusi dengan
kitabnya yang terkenal Fathur Raufil Mannan.
5. Syeh Alamuddin Muhammad Yasin al-Padangy dengan
karyanya Muhtasarul Muhaddab.
6. K.H. Zubair Umar Al-Jaelani dari Salatiga dengan
kitab Al-Khulashah Al-Wafiyah, Fii Al-Falakiy Bi Jadwaali Al-Lughoritmiyyah.
7. KH. Ma’shum Ali, Seblak Jombang, Ahli hisab
kelahiran Maskumambang Gresik ini bernama lengkap Muhammad Ma’shum bin Ali bin
Abdul Jabbar Al-Maskumambangi. Karya beliau dalam ilmu hisab ialah Ad-Durus
Al-Falakiyah dan Badi’atul Mitsal. Sampai sekarang kedua kitab ini banyak
dipelajari di pesantren-pesantren salaf.
8. KH. Turaichan Adjhuri Asy-Syarofi, Kudus Jawa
Tengah, terkenal dengan Penanggalan Menara Kudusnya.
9. Saadoe’ddin Djambek, Ahli hisab dari Minangkabau ini
terkenal dengan kitabnya yang berjudul 1. Waktu dan Djadwal Penjelasan Populer
Mengenai Perjalanan Bumi, Bulan dan Matahari. 2. Almanak Djamiliyah. 3.
Perbandingan Tarich. 4. Pedoman Waktu Sholat Sepanjang Masa. 5. Sholat dan
Puasa di daerah Kutub. 6. Hisab Awal bulan Qamariyah.
10. Wardan Diponingrat, K.R.T. Ahli hisab dari Kauman
Yogyakarta ini terkenal dengan kitabnya yang berjudul Umdatul Hasib, Persoalan
Hisab dan Ru’jat Dalam Menentukan Permulaan Bulan, Hisab dan Falak, dan Hisab
Urfi dan Hakiki.
11. Muhammad Hasan Asy’ari Al-Pasuruani dengan karyanya
Muntaha Nataijil Aqwal.
12. KH. Moh. Kholil Blandongan Gresik dengan karyanya
Wasilatut Tullab
13. KH. Abdul Fattah Kauman Gresik dengan karyanya
Mudzakkirotul Hisab
14. KH. Romli Hasan Kemuteran Gresik dengan karyanya
Risalah Falakiyah dan Imla’ Falakiyyah
15. Ridlwan Sedayu Gresik dengan karyanya Taqribul
Maqsud
16. KH. KH. Noor Ahmad Shadiq bin Saryani al-Jepara
Jawa Tengah dengan kitabnya yang masyhur Nurul Anwar.
17. KH. Zubair Abdul Karim dari Bungah Gresik dengan
kitabnya Ittifaqu Dzatil Baini.
18. KH. Achmad Ghozali, Lanbulan Sampang Madura dengan
karang kitabnya : 1. Faidlul Karim, 2. Bughyatur Rofiq, 3. Anfa’ul Wasilah, 4.
Irsyadul Murid, 5. Tsamarotul fikar, 6. Taqyidat
19. Dan lain-lain
KLASIFIKASI HISAB
Secara garis besar perhitungan hisab rukyat awal bulan
itu ada dua, yakni hisab Urfi dan Hakiki.
Hisab Urfi berdasarkan pada perhitungan rata-rata dari
peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Perhitungan hisab Urfi ini bersifat tetap,
umur bulan tetap pada setiap bulannya kecuali bulan Dzulhijjah. Bulan yang
ganjil; gasal berumur 30 hari sedangkan bulan yang genap berumur 29 hari.
Dengan demikian bulan Romadlon sebagai bulan kesembilan (ganjil) dari bulan
Hijriyah selamanya akan berumur 30 hari. Sehingga hisab urfi ini tidak dapat
digunakan untuk menentukan awal bulan Qomariyah secara syar’i
Dengan kata lain hisab urfi adalah hisab matematik dan
bukan hisab astronomik. Termasuk dalam kelompok hisab ini adalah Kalender Jawa
Sultan Agung Mataram/kalender Jawa.
Hisab Urfi ini dimulai sejak ditetapkannya oleh
Kholifah Umar bin Khottob r.a. pada tahun 17 Hijriyah sebagai acuan untuk
menyusun kalender Islam.
Hisab hakiki berdasarkan pada perhitungan peredaran
bulan mengelilingi Bumi dan mempertimbangkan posisi bulan/hilal yang sebenarnya
terhadap ufuk/horison. Hisab Haqiqi ini terbagi menjadi 3 tingkatan :
1. Hisab Haqīqī Taqrībī.
2. Hisab Ңaqīqī Tahqīqī.
3. Hisab Hakiki Tadqiqi/kontemporer.
1. Hisab Haqiqi Taqribi :
Metode perhitungan posisi Bulan berdasarkan gerak
rata-rata Bulan mengelilingi Bumi, sehingga hasilnya merupakan perkiraan atau
mendekati kebenaran(aproksi). Hisab ini kebanyakan berdasarkan acuan data Zeij
(tabel astronomi) Ulugh Beik (1449 M) yang berdasarkan teori Geosentris (bumi
sebagai pusat tata surya). Secara ilmiah teori ini(geocentris) telah gugur
setelah Nicolas Copernicus (1473-1543 M) menemukan teori Heliosentris, bahwa
Mataharilah pusat tata surya dan bukan Bumi sebagaimana yang diyakini
sebelumnya.
Metode ini perhitungannya hanya menggunakan penjumlahan
dan pengurangan sederhana dan belum menggunakan rumus segitiga bola (spherical
trigonometry). Perhitungan tinggi hilal kedua hisab tersebut hanya berdasarkan
saat Maghrib dikurangi saat Ijtimak lalu dibagi dua tanpa mempertimbangkan
lintasan bulan dan lintang tempat sehingga ketika posisi bulan jauh dari
ekliptika tidak sesuai kenyataan di lapangan saat observasi hilal awal bulan
hijriyah.
Termasuk hisab haqiqi taqribi adalah :
1. Sullam an-Nayyiran (سلم النيرين) karya Muhammad Manshur
bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Muhammad Habib bin Abdul Muhit bin
Tumenggung Tjakra Jaya Al-Batawi.
2. Fath ar-Rauf al-Mannan (فتح الرؤوف المنان) karya Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid al-Kudusi.
3. Al-Qawa’idul Falakiyyah (القواعد الفلكية) karya Abdul Fattah
at-Thukhi al-Falaky Al-Mishri
4. Asy-Syamsu wal Qamar bi Husban (الشمس و القمر بحسبان) karya Anwar Katsir
al-Malangi
5. Tadzkiratul Ikhwan (تذكرة الاخوان) karya Kyai Dahlan
al-Semarangi
6. Wasilatut Tullab karya (وسيلة الطلاب) karya KH. Kholil
Blandongan Gresik
7. Risalatul Falakiyah (رسالة الفلكية) karya Kyai Romli Hasan
Kemuteran Gresik
8. Jadawilul Falakiyyah (جداويل الفلكية) KH. Qusyairi
al-Pasuani
9. Risalatul Qamarain (رسالة القمرين) karya Kyai Nawawi
Muhammad Yunus al-Kediri
10. Risalatu Syamsil Hilal (رسالة شمس الهلال) KH. Noor Ahmad bin Shadiq bin Saryani al-Jepara
11. Faidul Karim (فيض الكريم) karya KH. Achmad
Ghozali Lanbulan Sampang Madura
12. Dan lain-lain
2. Hisab Haqiqi Taqiqi :
Metode perhitungan posisi Bulan berdasarkan gerak bulan
yang sebenarnya. Dalam rumus perhitungannya metode ini sudah menggunakan kaedah
ilmu ukur segitiga bola atau spherical trigonometry sehingga hasilnya cukup
akurat. Metode ini menggunakan tabel-tabel yang sudah dikoreksi dan menggunakan
perhitungan yang relatif lebih rumit dari Hisab Tahqiqi Taqribi.
Perhitungan irtifa’ hilal (tinggi hilal), metode ini
sudah mempertimbangkan nilai deklinasi bulan, sudut waktu bulan dan lintang
tempat dan dikoreksi dengan Parallaks bulan, refraksi, semi diameter bulan.
Adapun kitab-kitab yang termasuk ke dalam kategori
Hisab Haqiqi Tahqiqi sebagai berikut:
1. Al-Mathla’us Sa’id (المطلع السعيد) karya Syekh Husain Zaid
Mesir
2. Al-Manahijul Hamidiyyah (المناهيج الحميدية) karya Abdul Hamid
Mursi Mesir
3. Al-Khulashatul Wafiyyah (الخلاصة الوفية) karya K.H. Zubair Umar
Al-Jaelani Salatiga
4. Muntaha Nata’ijil Aqwal (منتهى نتائج الأقوال) karya Muhammad Hasan Asy’ari Al-Pasuruani
5. Badi’atul Mitsal (بديعة المثال) karya KH. Ma’shum Ali
Seblak Jombang
6. Hisab Haqiqi (حساب
حقيقي) karya Ki Wardan Dipo Ningrat
7. Menara Kudus (منارا قدوس) karya KH. Turaichan
Adjhuri Asy-Syarofi
8. Ittifaqu Dzatil Bain (اتفاق ذات البين) karya KH. Zubair Abdul Karim Bungah Gresik
9. Nurul Anwar (نور الأنوار) karya KH. Noor Ahmad Shadiq bin Saryani al-Jepara
10. Irsyadul Murid (ارشاد المريد) dan Tsamarotul Fikar (ثمرات الفكر) karya KH. Achmad Ghozali
Lanbulan Sampang Madura
11. Dan lain-lain
3. Hisab Haqiqi Tadqiqi :
Disebut juga dengan hisab asri/kontemporer. Metode
perhitungan hisab ini sama dengan hisab Haqiqi Tahqiqi akan tetapi sudah
menggunakan data yang up to date sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi.
Berbasiskan ilmu astronomi modern dengan koreksi dan
data-data empirik yang baru serta delta T (angka ralat) dari hasil penelitian
para astronom.
Dalam menghitung irtifa’ hilal, metode ini sudah
memasukkan unsur refraksi (pembelokan cahaya karena obyek mendekati ufuk),
Aberasi (pembiasan cahaya), Dip (perubahan sudut karena faktor tinggi
pengamat), kelembaban udara serta kecepatan angin.
Adapun kitab-kitab /metode yang termasuk ke dalam
kategori Hisab Haqiqi Tadqiqi atau kontemporer adalah sebagai berikut:
1. Astronomical Algorithms, oleh Jean Meeus, Belgia
2. Accurate Time karya Moh. Odeh ketua ICOP
3. VSOP87
4. ELP2000
5. EW Brown
6. Almanak Nautika
7. Staryy Night
8. Ascript
9. Astro Info
10. Ephemeris Hisab Rukyah, oleh Depag RI
11. Hisab Awal Bulan, oleh Sa’adoeddin Djambek, Jakarta
12. New Comb, oleh LAMY, Yogyakarta
13. Irsyadul Murid (ارشاد المريد) karya KH. Achmad
Ghozali Lanbulan Sampang Madura
14. Al-Falakiyah karya Sriyatin Shadiq
15. Dan lain-lain
MORE INFORMATION, CLICK HERE!!
0 comments:
Post a Comment